Sabtu, 13 Desember 2008

Terdampar di Pandanaran

(Peserta TOT dBase Panti Se-Indonesia, P4TK Bahasa, Jagakarsa, Jaksel, 16 sd. 20/10/08)

Hari ini minggu, 12/12/08 saya bisa agak lebih santai karena masih jam 16.00, sedangkan jadwal penerbangan saya ke Semarang jam 20.40 naik pesawat Mandala. Setelah teman yang akan mengantar ke bandara datang, saya mampir ke rumah mengambil pakaian ganti selama di Jateng. Sebelum berangkat saya sempatkan mengajak 2 buah hati (Hani dan Lifa) makan di Bungo Tanjuang. Dia belum makan malam dan umynya belum pulang.

Si kecil lifa tau kalau aby nya mau pergi, ketika dia mau pipis, di suruh Hany mengantar pulang, dia gak mau, katanya pengen aby yang mengantarin. Karena saya belum selesai makan, dia ikut sama hany.

Setelah selesai makan, kami menuju bandara, tidak telat dan juga tidak terlalu awal, karena dalam tiket saya tertulis 20.40, ternyata pada penumpang yang beli tiket lebih awal tertulis 19.40. Kok bisa, yah...namanya juga penerbangan Indonesia, maklumlah.

Yang beli tiket pada jadwal 19.40 sudah ngomel pada petugas karena terlalu lama pesawat delay. Tidak terlalu lama menunggu, pesawat datang dan kami terbang menuju semarang. saya duduk di bangku penutup atau no. 24 D.

Sambil duduk di ruang tunggu, saya mengamati sekeliling, ada pemandangan menarik. Mayoritas penumpang anak warga keturunan tionghoa/Cina. Bahasa jawa dan cina nya fasih bangat. Saya berfikir, berarti yang sukses di semarang kebanyakan mereka. Saya menyadari kalau kegigihan dan keuletan memang tidak ada yang bisa lawan di Indonesia, termasuk sistem dagang dengan pendekatan etnis, tidak semua orang Indonesia masuk dalam jaringan usaha mereka.

Mestinya orang Indonesia malu dan bisa bersaing secara sehat agar tidak terperosok dalam kemiskinan.

Ketika take off tidak begitu mengkhawatirkan, tapi waktu landing teasa agak goyang, berapa kali naik pesawat mandala seperti itu, yang lain kok tidak begitu berasa. Apakah karena ilmu pilotnya atau kondisi pesawatnya sama.

Saya duduk bersebelahan dengan seorang bapak yang setiap hari jumat balik ke semarang dan senin pagi ke Jakarta naik pesawat, dulu langganan sriwijaya karena ada temannya kepala cabang yang bisa beliin tiket murah, suatu kali ketika tiket sriwijaya mahal, dia coba dengan mandala, ternyata pesawatnya bagus, sampai sekarang dia selalu naik mandala.

Alasannya bolak-balik karena anak-anak semua sekolah di semarang. Luar biasa...

Sampai di Semarang sekitar jam 23.00, naik taksi ke RS Roemani, ketemu teman-teman, ditraktir minum skoteng (minuman jahe) di kantor DPD IMM Jateng. Kaget juga ketika masuk kantor PWM, gedung bagus, pakai lift. Lantai 3 digunakan rame-rame oleh lembaga dan AMM, lantai 4 khusus untuk PM, karena PWPM Jateng banyak mengakses sumber pembiayaan untuk pembangunan dan pengelolaan gedung, maka diberi penghargaan satu lantai gedung PWM.

Kami beranjak ke Hotel Panandaran untuk istirahat. Sampai sekarang jam 15.29 saya masih nongkrong di loby hotel dengan Afit petugas lapangan sambil menunggu mobil yang akan membawa keliling Jateng untuk supervisi ke Panti.

Ya.........nikmati waktu kosong dengan menulis dan melihat informasi di internet, mumpung ada hotspot.

Pandanaran, 13/12/2008, 15:27

Pendidikan Sejak Dini

Pendidikan merupakan faktor penting dalam perkembangan anak-anak. Setiap stimulan yang dapat mengembangkan kecerdasan, sikap dan perilaku merupakan bentuk dari pendidikan.

Pendidikan tidak selalu didapatkan dari bangku sekolah, pendidikan dapat diperoleh dimanapun dan dari manapun.

Ketika anak lahir, orang tua sering berfikir bahwa anak akan tumbuh dengan sendirinya secara alami dan setelah umur 4 tahun atau 6 tahun baru mulai berfikir sekolah apa yang akan dimasuki oleh anak kita.

Ini merupakan pemikiran yang keliru. Stimulan edukatif harus didapatkan oleh anak sejak dalam kandungan, karena pada saat itu anak sudah mulai dapat merasakan sentuhan emosi dari ibunya. Jika seorang ibu tidak bisa mengendalikan emosinya dan menyadari sepenuhnya bahwa dia sedang menjadi guru bagi anak dalam kandungannya, maka dapat dipastikan bahwa masa emas untuk mengasah emosi anak selama dalam kandungan terlewatkan.

Kesadaran untuk mendidik anak dalam kandungan ini harus dibangun dan direncanakan, sehingga sang ibu tahu persis apa kegiatan yang harus dia lakukan selama mengandung dan bagaimana memberikan stimulan positif pada anaknya. Sang ibu harus menghindar dari situasi dan kondisi yang dapat mengganggu emosinya, jika tidak terhindarkan, minimal dimaknai secara positif dan menghindari berfikiran negatif karena pikiran tersebut akan dirasakan oleh janin.

Pembahasan tentang fase janin dalam perspektif pendidikan ini juga dapat dikembangkan dalam berbagai aspek karena ini sangat terkait dengan pikiran, perasaan, stimulan, kebiasaan dan makanan yang dikonsumsi oleh sang ibu. Mungkin pada sesi lain akan dibahas secara komprehensif.

Berikutnya kita beranjak pada masa batita (bawah tiga tahun).

Ketika anak lahir, dia menangis sekeras-kerasnya, karena ada perubahan yang dirasakan ketika dalam rahim dengan situasi di luar. Tuhan menciptakan rahim ibu dengan secara sempurna sehingga sangat nyaman untuk anak dalam kandungan.

Dalam islam diajarkan agar ketika anak lahir, pertama sekali didengarkan adalah suara azan atau ayat suci Al qur'an, ini bertujuan untuk memberikan pendidikan awal bahwa si anak harus memiliki keyakinan seperti keyakinan orang tuanya dan tertanam dalam memori dalam alam bawah sadarnya bahwa kalimat pertama yang diperdengarkan adalah penghambaan diri pada sang pencipta.

Setelah anak lahir, dibersihkan dan didekatkan ke dada ibunya, agar anak merasakan kenyamanan dan perlindungan dari ibu yang melahirkannya. Sekali-kali jangan anak diberikan susu instan karena akan merusak sistem pertahanan dalam tubuh anak. Anak diwajibkan menjalani ASI eksklusif selama 6 bulan, artinya hanya ASI selama 6 bulan. Setelah itu baru ditambah dengan susu instan atau tambahan lainnya.

Secara alamiah, jika didekapkan ke dada ibunya dalam posisi menyusui, maka si bayi akan belajar menghisap puting susu ibunya. Kondisi sang ibu juga beragam, tidak semua ibu ketika di sentuh oleh bayinya langsung keluar air susunya. Sering kali butuh waktu agak lama.

Dalam situasi seperti ini, petugas sering memberikan saran agar anak diberi susu tambahan, walaupun mereka tahu bahwa ASI eksklusif wajib dan sudah menjadi kesepakatan dunia melalui PBB. Tapi sering pengetahuan ini dikalahkan oleh pragmatisme petugas karena ....
sampai sini dulu
Hotel pandanaran, semarang, Jateng,
13 Desember 2008, 14:49
(Terlantar gak ada mobil sewaan, kasihan deh lu)

Ketika anak lahir

Kamis, 11 Desember 2008

Perjalanan Mudik

Di Kapal Fery ketika menyebrang ke bakahuni lampung



Rabu, 10 Desember 2008

Pelatihan Pengasuh Panti

Pengasuh panti merupakan orang yang langsung berhubungan dengan anak. Untuk itu kualitas, emosi, sikap dan perilaku pengasuh sangat menjadi perhatian FORPAMA (Forum Panti Sosial Muhammadiyah-Aisyiyah) yang berada di Bawah Pembinaan MKKM PP Muhammadiyah dan MKS PP Aisyiyah.

Untuk pembinaan tersebut diadakan pelatihan kerjasama dengan AMCF (Asian Muslim Charity Foundation) tanggal 17 sd. 26 November di Kaliurang Yogyakarta.

Terlihat pada gambar Ketua PP Aisyiyah Prof. DR. Chamah, Prof. DR. Zamroni dari PP Muhammadiyah dan Drs. Untung Cahyono dari PWM DIY yang berkenan memberikan sambutan dan membuka acara tersebut.

Ini merupakan sessi yang luar biasa, karena PP Muhammadiyah, PP Aisyiyah dan PWM DIY memberikan apresiasi yang luar biasa untuk pengasuh yang menjadi ujung tombak di lapangan.

Pembicara lainnya yang hadir dr. Sudibyo Markus, MBA Ketua PP Muhammadiyah, Farid Muhammad mantan anggota Komnas HAM, dra. Susilahati, M.Si (KPAI), Prof. Dr. Choiruddin Basori Mantan Rektor UMY, dari STKS Bandung dan banyak lagi pembicara yang sungguh sangat bermanfaat untuk memperkaya wawasan dan pengetahuan pengasuh.

Kegiatan dibagi dalam tiga format, pertama sessi seminar dan diskusi, kedua belajar dalam kelompok dan ketiga kunjungan lapangan serta survei untuk menjadi bahan diskusi di kelas.

Banyak pengetahuan, keterampilan dan masukan dari peserta untuk forum panti, muhammadiyah, aisyiyah, pengurus panti dan semuanya agar anak di panti lebih baik.

Allahu Akbar

Wassalam

Semiloknas Kewirausahaan Panti Zona II Sumatera


Kewirausahaan menjadi semangat panti pasca rakernas bulan pebruari di Jakarta. Untuk mendapatkan masukan dan gambaran tentang model kewirausahaan yang akan dikembangkan oleh masing-masing panti, maka forpama menggelar Semiloknas Kewirausahaan secara regional dengan pembagian zona.

Ini adalah ketua Panitia Yayan Syofiani yang juga Ketua DPD IMM DKI Jakarta sedang menyerahkan cendera mata kepada Ketua PWM Kepri sebagai pembicara dalam acara tersebut.

Selamat dan sukses panti Muhammadiyah-Aisyiyah semoga dapat memberikan bakti pada nusa dan bangsa yang kita cintai ini.

Wass

Supervisi ke Panti di Sumbar

Dari Jakarta berangkat hari Jum'at tanggal 5 Desember 2008 jam 19.20 dengan pesawat Mandala. Pesawat delay sampai jam 20.30. Sampai di Bandara Minang Kabau Jam 23.00. Buyung dan Incim dari Panti Asuhan Aisyiyah Pariaman yang menjemput ke Bandara sudah lama menunggu. Ya, namanya pesawat tidak bisa diprediksi, kalau terlambat harap maklum.

Di mobil dari Bandara incim menanyakan tentang persiapan acara PP Pemuda Muhammadiyah di Pariaman. Ada usulan dari PW NA untuk bergabung dg Musywil NA Sumbar. Saya bilang sangat bagus untuk efisien dan semarak kegiatan Muhammadiyah di Pariaman karena waktu kegiatan hampir bersamaan.

Sampai di rumah Pariaman jam 24.30, setelah bincang-bincang dengan mak, teman-teman PD PM Kota Pariaman datang menjemput ke rumah mengajak datang ke acara malam "batanggang" pernikahan Yos di Naras. Di Naras makan dan ngobrol sampai jam 03.00.

Sabtu, 06 Desember 2008 jam 09.00 saya berangkat ke Padang naik terag bulan mau mengambil mobil rental di rumah Boiziardi. Saya dijemput Toni Markos di bawah jembatan di depan Minang Plaza. Setelah menerima mobil dari petugas rental, kami menuju mesjid Taqwa PWM Sumatera Barat untuk silaturrahim dan menemui Bang Murisal yang mau mendampingi kami ke Pesisir Selatan.

Di PWM Sumbar saya ketemu Pak RB Khatib Pahlawan Kayo Ketua PWM, Da Adrian Muis, Bang Rusdin Batahan, dll. Kami bicara banyak tentang tugas dari Forpama untuk pendataan panti dan perkembangan panti di Sumatera Barat, sebagai informasi dari PWM Sumbar.

Kami menyampaikan rute perjalanan, dari Pesisir Selatan terus ke Agam, Bukittinggi dan terakhir di Pasaman Barat daerah Talu. (Ingat lagunya yang terkenal yo rang talu).

Rombongan yang terdiri dari saya, Toni Markos, Deri Rizal, Murisal dan Imel berangkat menuju Pesisir Selatan. Saya bertugas menjadi sopir, kami mampir di rumah makan yang terkenal dengan gulai kepala ikan di daerah bungus di tengah sawah menghadap hamparan sawah hijau dan bukit gunung Padang, sungguh indah dan enak dipandang, mata serasa segar dan nyaman melihat hijaunya sawah dan pebukitan. Sungguh indah ranah minang.

Setelah menyantap makanan yang tidak lupa dengan goreng petai dan jaringan (jengkol), makan kami sungguh lahap. Harganya tidak terlalu mahal, untuk ukuran makan enak masih murah, kamu melanjutkan perjalanan menuju Pesisir Selatan.

Sekitar 1 jam perjalanan kami sampai di Panti Bayang. Panti berada di tengah sawah. Bangunan leter U, ditengah bangunan kolam ikan. Tidak beberapa lama, kami didatangi oleh pengurus panti. Mereka menyampaikan bahwa kondisi keuangan panti sangat memprihatinkan, mereka sangat berterima kasih jika PP Muhammadiyah bisa memberikan bantuan kepada mereka.

Daerah Bayang ini banyak melahirkan Tokoh Muhammadiyah, seperti Bapak Goodwill Zubir Sekretaris PP Muhammadiyah, Bang Apris Yaman Wakil Ketua DPRD Sumbar, Tokoh Muhammadiyah, dan banyak sederet nama lainnya yang populer di Tingkat nasional dan sumatera barat.

Menurut pengurus panti, orang-orang yang besar di tingkat nasional dan sumbar tersebut kalau datang ke daerah mereka tidak pernah mampir di panti Muhammadiyah. Mungkin karena kesibukan dan padatnya agenda mereka, mudah-mudahan suatu waktu mereka bisa melihat kondisi panti Muhammadiyah tersebut.

Dari Bayang kami bertolak ke Panti Asuhan Muhammadiyah di Painan. Panti ini bermasalah dalam status tanah. Pemilik tanah menyampaikan bahwa dia menghibahkan tanah tersebut untuk digunakan oleh Muhammadiyah, tapi tidak ada surat wakafnya. Saat ini pihak keluar ingin mengambil kembali tanah tersebut, atau paling tidak pihak Panti bersedia menandatangani surat bahwa tanah tersebut hanya di pinjam sementara sampai pihak ahli waris mengambil kembali tanahnya. Karena bunyi surat yang mengibahkan bahwa tanah dapat digunakan selama Muhammadiyah masih ada, pengurus panti tidak bersedia menandatangani surat tersebut.

Masalah makan dan kebutuhan panti sangat tergantung pada kepala panti. Beberapa kali dia sampaikan " Jika saya berhenti dari kepala panti, mungkin anak akan kelaparan karena tidak ada dana. Selama ini jika dana habis, saya menggunakan dana pribadi dan pinjaman dari koperasi yang saya kelola. Diganti jika panti dapat uang". Tidak ada pengurus yang peduli dengan kondisi panti. Panti hanya bergantung pada kepalanya.

Saya menghubungi Aslam yang tinggal tidak jauh dari panti, dia datang dan bergabung dengan kami menuju Padang. Bang Murisal turun di Mesjid Taqwa, kami melanjutkan perjalanan menuju Pariaman dan mampir di UMSB untuk mengantar imel mengambil pakaian. Dari UMSB kami menuju Pariaman ke rumah Yos yang sedang mengadakan pesta pernikahan.

Kami sampai di Pariaman jam 24.00, kami ditunggu oleh beberapa orang pengurus PD PM Kota dan Kabupaten Pariaman, Ketua PC IMM, dan alumni IMM lainnya. Kami makan dan bincang-bincang sampai jam 02.00, setelah itu melanjutkan perjalanan menuju Panti Asuhan Aisyiyah Matur. Sampai disana sekitar jam 04.00, kami langsung istirahat dan paginya kami bertemu dengan pengurus Panti. Sambutannya luar biasa hangat dan menyenangkan. Kami disuguhi sarapan pagi berupa lontong dan mie serta teh panas membuat tenggorokan jadi segar.

Kesan saya ketika pertama kali sampai di Panti adalah bersih, indah, nyaman dan asri karena penataan yang sangat bagus. Saya sering menyampaikan sering ditemukan ada perbedaan yang agak mencolok antara panti yang dikelola oleh bapak-bapak dan ibuk-ibuk, yaitu kebersihan dan keindahan. Bapak-baoak sering acuh dengan persoalan tersebut, sehingga panti terkesan kumuh dan tidak terawat.

Apakah ini karena dikelola oleh ibu-ibu atau bapak-bapak, saya pikir tidak. Ini adalah kepribadian pengurus, masing-masing orang punya kebiasaan, itu terbawa dalam kepemimpinannya. Jadi bukan karena ibu atau bapak, tapi lebih karena pribadi masing yang terbiasa bersih dan indah.

Selesai pendaatan, kami menuju panti asuhan Muhammadiyah Cingkariang Padang Lua Bukit tinggi. Panti ini belum ada dalam daftar, padahal sudah lama berdiri. Ini adalah koreksi untuk Muhammadiyah yang lemah dalam data base.

Di Panti Cingkariang, kami bertemu dengan pengurus dan menjelaskan tentang tujuan kedatangan kami. Kegiatan dilanjutkan dengan pendataan, ada anak panti yang selamat dari percobaan pembunuhan oleh ibunya, diselamatkan oleh penduduk dan diserahkan ke dinas sosial, dari dinas sosial dititipkan di panti asuhan Muhammadiyah Cingkaring. Saat ini anak tersebut berumur 4 tahun. Kejadian tersebut ketika dia berumur 2 tahun. Jadi sudah 2 tahun di panti tersebut.

Dari Panti Cingkariang kami bergerak menuju panti Asiyiyah Kamang Magek Kabupaten Agam. Dari Agam karena sudah malam dan besoknya Idhul Adha, kamu kembali ke Padang.

Senin, tanggal 8 desember 2008 jam 10.00 setelah shalat Idhul Adha, kami menuju Padang untuk menjemput petugas lapangan, dari padang menuju Pasaman. Mampir di rumah makan yang sangat terkenal di pinggir kali di jalan By Pass padang. Rumah makan ini terkenal dengan ikan kecil2nya, gulai, kerang, dll. Sungguh enak makan di iringi oleh bunyi air sungai deras mengalir. Di ujung jalan di samping rumah makan terlihat jembatan yang melintasi sungai, sungguh indah sekali.

Jumat, 05 Desember 2008

Alternatif Care di Indonesia ; Internasional versus Panti Indonesia

Anak yang tidak memeliki orang tua atau orang tua tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai orang tua membutuhkan alternatif pengasuhan atau disebut alternatif care. Dalam sistem pengasuhan terkait dengan Konvensi Hak Anak (KHA) dan kesepakatan dunia tentang pengasuhan, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan sebelum anak diserahkan ke panti atau biasa disebut dengan istilah panti sebagai pilihan terakhir.

Sebelum ke panti ada beberapa alternatif pengasuhan yang bisa dilakukan, yaitu pengasuhan dalam keluarga ibu atau bapak, pengasuhan oleh saudara kandung, wali atau keluarga yang bisa diberi kepercayaan untuk mengasuh anak, adopsi, jika semua tidak bisa dilakukan, baru anak diserahkan ke panti untuk mendapat pengasuhan.

Pertanyaannya, bagaimana di Indonesia?

Apakah anak yang berada di panti karena tidak ada akses terhadap pengasuhan di keluarga atau di masyarakat tempat asal anak?

Jawabannya beragam.

Panti asuhan di Indonesia tidak sepenuhnya menampung anak yang tidak mendapatkan jaminan pengasuhan atau perwalian, tetapi lebih banyak didorong oleh keinginan untuk mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan atau mendapatkan lingkungan yang lebih baik agar anak menjadi lebih baik dari sebelumnya (harapan orang tua atau keluarganya).

Hal ini menjadi sorotan lembaga internasional yang bekerja untuk perlindungan anak di Indonesia.

Mengapa anak ditaroh di panti, bahkan ada ungkapan yang sangat emosional terlontar, ini adalah pelanggaran HAM terhadap anak.

Kita dapat memahami dengan sikap "teman-teman" (Orang asing) yang datang dari kultur berbeda dengan kita dan kurang memahami tentang semangat kebersamaan dan doktrin idiologis yang mendorong mereka untuk melakukan amal atau tindakan penyelamatan.

Kita bayangkan apa yang terjadi jika tidak ada panti di Indonesia.
Berapa banyak anak-anak yang terlantar, terbuang di jalanan, hidup dalam lingkungan yang berbahaya dan tidak sehat.
Berapa banyak anak yang tidak dapat melanjutkan pendidikan dan bertahan di daerah terasing yang tidak terjangkau oleh pembangunan.

Penilaian dunia international terhadap alternatif care di Indonesia harus menjadi pendorong bagi Indonesia dan segenap masyarakatnya untuk menyiapkan alternatif pelayanan yang dapat menjamin kelangsungan hidup anak yang lebih baik.

Mesti ada jalan keluar yang solutif dan dapat direalisasikan sebagai gerakan nasional.

Perdebatan dan kemarahan tidak akan menyelesaikan masalah.

Mari selamatkan anak Indonesia.

Kerahkan semua potensi yang tersedia untuk menjadikan dunia anak Indonesia lebih baik dan nyaman di bumi tercinta ini.

Wassalam

Ihsan

Panti Asuhan tempat penyelamatan generasi

Mendengar istilah panti asuhan, banyak persepsi yang muncul dalam pikiran setiap orang sesuai dengan pengalaman, pemahaman dan pengetahuan tentang panti asuhan. Terlepas dari semua persepsi orang-orang tentang panti asuhan, kita harus menyadari bahwa panti asuhan sudah menyumbang banyak untuk penyelamatan anak bangsa.

Sebuah cerita yang memilukan, seorang bayi ditinggal oleh ibunya di rumah sakit. Pihak rumah sakit menyerahkan bayi tersebut ke Panti Bayi Sehat Muhammadiyah di Jalan Purnawarman Kota Bandung, disebelah UNISBA. Pihak panti tidak boleh menolak jika ada bayi yang diserahkan ke panti tersebut untuk di asuh, karena panti bayi sehat didirikan untuk menampung bayi yang terlantar.

Lewat di depan panti, orang tidak akan mengetahui bahwa ada belasan sampai puluhan bayi di gedung belakang lantai 3. Bayi di taroh dalam box dan didampingi oleh para perawat yang bekerja di panti.

Suasana yang mengharukan dan membuat bulu roma berdiri melihat begitu banyaknya bayi di panti tersebut dan sesekali terdengar tangisan dan ocehan para bayi. Tatapan matanya penuh harapan kepada setiap orang yang datang berkunjung ke tempatnya.

Berbagai pertanyaan muncul dalam benak kita....
Siapa orang tua bayi tersebut...
Mengapa anaknya dibuang atau ditinggal...
Apa sekarang yang sedang mereka lakukan...
Apakah mereka tega meninggalkan darah dagingnya begitu saja...
Apakah mereka tidak mampu lagi mengasuh sang bayi...
Atau hanya karena ingin menutupi aibnya atau karena egois ingin kenikmatan tapi lari dari tanggung jawab...

Banyak pertanyaan yang berseliweran dalam pikiran kita jika menyaksikan bayi-bayi di panti bayi sehat Muhammadiyah Jalan Purnawarman kota Bandung tersebut.

Mudah-mudahan Pak Yanto sebagai kepala panti dan seluruh pengurus serta pengasuh diberi kekuatan oleh Allah untuk tetap sabar dan kuat menjalani tugas dunia akhirat yang maha berat tersebut.

Salam hormat dari
FORPAMA
Forum Panti Sosial Muhammadiyah-Aisyiyah
Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Sekretariat
Gedung Dakwah Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Jl. Menteng Raya 62 Jakarta Pusat
021-3923271

Kamis, 04 Desember 2008

Al Ma'un sang penyelamat

Pada sebuah pengajian di Yogyakarta, seorang jamaah bertanya pada ustadznya mengapa surat Al ma'un yang berbunyi :

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna. QS. al-Ma'un (107) : 1- 7

selalu diulang-ulang dalam pengajiannya. Ustadz tersebut yang tidak lain adalah KH. Ahmad Dahlan menjawab bahwa ada pesan dalam surat tersebut yang gampang dibacakan, gampang dihapalkan dan sulit dilaksanakan, yaitu predikat mendustakan agama bagi mereka yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.

Pertama kita lihat makna menghardik anak yatim. Allah menegaskan bahwa anak yatim harus diberi perhatian yang lebih karena mereka tidak memiliki orang tua lengkap. (yatim disini diartikan kehilangan salah seorang orang tuanya atau keduanya). Jangan sampai karena ketidak sabaran kita menghadapi mereka (anak yatim), kita terlanjur menghardik. Sebelum itu terjadi, kita dituntut untuk memahami dengan sepenuh hati bahwa anak yatim harus dihadapi dengan sabar dan kasih sayang yang selama ini tidak didapatkan dari kedua orang tuanya.

Kemudian pertanyaannya, yang disebut pendusta agama adalah para penghardik anak yatim, berarti kalau kita tidak menghardik anak yatim, kita sudah selamat dari ancaman Allah tersebut?

Inilah pemahaman yang berkali-kali dijelaskan oleh KH. Ahmad Dahlan bahwa anak yatim itu orang tuanya semua orang dewasa yang ada di sekitarnya. Jika ada anak yatim yang dapat perlakuan tidak baik, diterlantarkan, salah urus, tidak ada yang menjamin, maka seluruh ummat islam yang berada di sekitar anak yatim tersebut termasuk pada kategori orang yang mendustakan agama.

Untuk menghindari ummat islam dari label pendusta agama, Muhammadiyah tampil dengan program santunan dan pengasuhan terhadap anak yatim. Muhammadiyah menjangkau anak yatim dan anak dari keluarga kurang mampu yang ada dalam keluarga dan masyarakat melalui program pendidikan, kesejahteraan sosial, kesehatan dan keagamaan. Semua kegiatan ini ditujukan untuk memberikan jaminan bahwa tidak ada anak yatim yang tidak terlayani dengan baik, sehingga menjadi salah urus.

Tidak berhenti sampai disitu, untuk memberikan jaminan bahwa anak yatim tersebut dapat di monitor perkembangannya dan diasuh dengan baik karena tidak ada keluarga atau pihak yang bertanggung jawab terhadap pengasuhannya, Muhammadiyah mendirikan panti asuhan sebagai tempat pengasuhan bagi anak-anak yang tidak dapat pengasuhan dengan baik.

Begitu mulia dan dalamnya teladan yang diberikan oleh KH. Ahmad Dahlan untuk memuliakan anak yatim.

Tapi mengapa banyak orang Muhammadiyah keluar dari semangat KH. Ahmad Dahlan untuk memberikan pelayanan dan pengasuhan yang terbaik bagi anak yatim, sehingga tidak muncul kesedihan dan ratapan karena ditinggal oleh orang tuanya, karena semua orang disekitarnya menjadi pengganti orang tuanya yang telah tiada.

Mudah-mudahan Muhammadiyah tetap konsisten dengan perjuangan KH. Ahmad Dahlan dengan semangat Al ma'unnya.

(Mutiara Al ma'un)






Dari sabang sampai ke jeneponto

FORPAMA (Forum Panti Sosial Muhammadiyah-Aisyiyah) berdiri tahun 2000 sebelum Muktamar PP Muhammadiyah di Jakarta. Forum Panti ini didirikan oleh Panti Muhammadiyah-Aisyiyah melalui pertemuan nasional di Pusdiklat Depsos Margaguna Jakarta, terpilih sebagai Ketua Bapak Mulyanto (Almarhum) Kepala Panti Asuhan Siti Khadijah Qubra Pasar Minggu.

Pada saat itu ketua Majelis PKS (Pembina Kesejahteraan Sosial) PP Muhammadiyah adalah Bapak Chusnan Yusuf, yang sekaligus pada saat itu adalah Kepala Pusdiklat Depsos Margaguna dan Terakhir menjabar sebagai Kepala Balitbang Depsos, setingkat Dirjen atau eselon I. Saat ini beliau menjadi tenaga widyaswara di Pusdiklat Depsos Margaguna.

Karena kesibukan dan keterbatasan ruang gerak pengurus yang berasal dari berbagai daerah, Bandung, Yogyakarta, Makasar dan sebagian dari sumatera, Forum Panti tidak bisa mengkonsolidasikan pengurusnya dan melakukan pembinaan dan koordinasi antar panti.

Pada Rakernas MKKM di Solo tahun 2006 dan lokakarya bidang kesejahteraan sosial di Bandung, merekomendasikan untuk mengaktifkan kembali forum panti dengan kepengurusan baru.

Bulan September 2007, dikeluarkan SK Kepengurusan FORPAMA oleh MKKM PP Muhammadiyah. Terhitung sejak itu, forpama melakukan konsolidasi dalam kepengurusan dan menggagas dilaksanakannya Rakernas Panti Sosial Muhammadiyah-Aisyiyah se-Indonesia.

Rakernas di adakan bulan Pebruari di LPMP Pasar Minggu Jakarta yang dihadiri lebih kurang 300 panti Muhammadiyah-Aisyiyah se Indonesia. Pembicara yang sempat hadir adalah Mendiknas, Mensos, Dirjen PNFI Depdiknas, Dirjen DIKTI (Selaku Pembina), Dirjen Rehabilitasi dan pelayanan sosial Depsos (Selaku Pembina) dan banyak nara sumber dari pemerintahan, akademisi, praktisi pekerjaan sosial, dan bidang terkait dengan pengembangan panti.

Rakernas menghasilkan beberapa rekomendasi :
1. Pendataan ulang dan pembuatan data base panti sosial Muhammadiyah-Aisyiyah
2. Standarisasi dan akreditasi panti
3. Pengembangan panti mandiri dan berbasis kewirausahaan
4. Dan lain-lain

Berangkat dari hasil rakernas tersebut, Forpama mengandeng Depsos dan Save The Children untuk membangun data base panti asuhan Muhammadiyah-Aisyiyah. Kerjasama ini dilaksanakan selama 3 bulan, terhitung bulan Oktober sd. Desember 2008.

Untuk 8 Provinsi yang termasuk kategori provinsi yang jumlah pantinya besar, yaitu : NAD, Sumbar, DKI Jakarta, Jabar, Jatim, DIY, Jateng, Jatim dan Sulsel, dikirim petugas lapangan untuk datang ke panti. Panti di luar 8 provinsi tersebut di data melalui pengiriman kuisioner.

Petugas lapangan dilatih selama 5 hari di Jakarta, tanggal 16 sd. 20 Oktober 2008 di P4TK Bahasa Depsinas di Jagakarsa Lenteng Agung, Jakarta Selatan.

Setelah petugas ke lapangan, dilakukan supervisi oleh pengelola program untuk memastikan bahwa pekerjaan petugas sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam kunjungan mulai dari Nad (termasuk sabang) sampai ke Sulsel (termasuk Jeneponto), kami menyadari bahwa kondisi Panti Sosial Muhammadiyah-Aisyiyah sangat beragam.

Jika kita beri rangking, ada yang ekstrim mendapat nilai 10, namun ada yang hampir mendekati nilai terendah angka 1. Penilaian ini dapat dilihat dari aspek fisik, SDM, manajemen, pembiayaan, program, pengasuhan, dll.

Yang paling penting buat Muhammadiyah dan Aisyiyah, jangan sampai karena kelemahan dan kurang perhatian dari persyarikatan, ada anak yang mengalami tindak kekerasan, penelantaran, eksploitasi, pelecehan seksual, dan tidakan lainnya yang dapat merugikan atau menggangu pertumbuhan dan perkembangan anak.

Jika ini terjadi, Muhammadiyah sebagi organisasi pemiliki panti turut bertanggung jawab terhadap apapun yang terjadi di panti. Demikian sebaliknya, keberhasilan panti juga akan menjadi citra yang baik bagi persyarikatan yang kita cintai ini.

Mari kita semua Muhammadiyah, ortom (Aisyiyah, Tapak Suci, Hizbul Wathan, Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, IMM, IPM), amal usaha, warga Muhammadiyah ikut memberikan perhatian serius pada pengembangan panti Muhammadiyah di seluruh Indonesia.

Fakta yang mencengangkan, ketika serah terima forpama dari MKKM tahun 2007, tercatat ada 160 panti se-Indonesia, ketika dilakukan pendataan, tahun 2008 didapatkan 351 panti, ada peningkatan sekitar 110 %, bahkan menurut penuturan sekretaris PP Muhammadiyah, Bapak Goodwill Zubir, ada sekitar 700 panti Muhammadiyah-Aisyiyah Se Indonesia.

Jika ini benar, terasa betapa lemahnya sistem data base Muhammadiyah. Kita mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Depsos dan Save The Children yang sudah memberikan bantuan kepada Muhammadiyah untuk membangun data base panti asuhan Muhammadiyah-Aisyiyah se Indonesia.

Mari selamatkan Anak-anak Indonesia
KH. Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah dan pahlawan nasional akan tersenyum melihat Muhammadiyah menjadi organisasi yang aman dan nyaman buat anak-anak Indonesia.
(Catatan perjalanan kunjungan ke panti Muhammadiyah-Aisyiyah)

Jakarta, 04 Desember 2008, 22:23
Ihsan